Shintakian sedih dan bertahan untuk mengasuh anak-anaknya hingga mereka tumbuh dewasa, namun mereka tumbuh menjadi anak yang nakal. Suatu hari kedua anaknya pergi ke kota kerajaan dan membuat keributan. Sri Rama pun turun tangan dan meminta kedua anak itu besok dihukum, serta orang tuanya dipanggil. Shinta mendengar kabar itu dari Sang Resi.
Sintaatau Sita adalah istri dari Rama. Putri dari Raja Janaka. Sosok seorang wanita yang ayu, halus, lemah lembut, namun sangat kuat. Kesetiaan dan dedikasinya tidak perlu kita ragukan lagi. Dia mau memperjuangkan cinta. Dia mau memperjuangkan kebenaran. Biarpun harus menderita dan berdarah-darah, dia tetap kuat.
Shintajatuh cinta pada Rama tanpa melihatnya. Ram datang ke Mithila, dan mereka bertemu untuk pertama kalinya di kuil Parvati. Segera setelah itu, Swayamvar Sita diumumkan. Kakek dan menteri Lanka raja Rahwana Malyavan melakukan perjalanan ke Mithila untuk melihat kebesaran kerajaan dan berdebat dengan Sita.
. Di dalam peperangan, pasukan Rama sebenarnya nyaris kalah, jika saja dewa tak mendengar doa tulus Shinta dan menurunkan busur sakti untuk mengalahkan Rahwana. Rama tak tahu hal ini, ia menganggap kemenangan ini karena strategi dan keberpihakan dewa kepadanya untuk membunuh Rahwana yang lalim. Namun dewa tak tega pada ketulusan Rahwana terhadap Shinta, jasad Rahwana yang tergolek tak bernyawa diangkat dewa ke nirwana, disucikan dan ia bereinkarnasi menjadi resi, untuk menebus dosa-dosanya di masa lampau, ia bertapa menjauhkan diri dari keinginan memiliki Shinta, namun cintanya tetap tulus hanya untuk Shinta tak sedikit pun Rahwana ingin menikah dengan wanita lain setelah ia menjadi resi. Shinta yang telah mendengar kabar bahwa Rama memenangkan peperangan dan mengharap kedatangan Rama untuk menjemputnya di taman Asoka ternyata tak jua menjadi nyata. Betapa suaminya sangatlah angkuh, Shinta dijemput oleh Laksmana karena Rama tak sudi menginjakkan kaki di istana Alengka. Shinta patah hati, setelah bertahun-tahun merindukan suaminya, ternyata Rama tak merindukannya, karena kalau Rama merindukannya ia pasti bergegas datang menjemput Shinta langsung di taman Asoka. Kalaupun Rama merindukannya, rindunya kalah oleh egonya. Namun Shinta paham, suaminya sejatinya adalah seorang raja meski tanpa kerajaan, ada batas-batas prinsip yang dipegangnya untuk menunjukkan wibawa. Maka dengan hati lapang Shinta memaafkan Rama dan tersenyum saat memeluknya di istana kerajaan Kosala. Di istana, Bharata sang adik tiri merasa bahwa Rama lebih berhak atas tahta dibandingkan dirinya, maka ia meyakinkan ibunya untuk tak mendendam lagi terhadap Rama, dan merelakan kedudukannya sebagai raja. Sekali lagi Rama menjadi pahlawan bukan karena dirinya, tetapi karena kebaikan orang-orang disekelilingnya. Ia diangkat menjadi raja Kosala, dan memerintah di istana bersama Shinta. Namun, ibu tiri Rama tak menyerah begitu saja, meski ia tahu anaknya tak lagi mau menduduki singgasana raja, ia tetap tak rela Rama menjadi raja. Maka disebarkannya berita tentang Shinta yang tak lagi suci, dihasutnya rakyat untuk meminta pembuktian ratu mereka, diguncangnya pemerintahan Rama yang baru saja dikukuhkan. Lagi-lagi Rama kalah terhadap egonya, ia mempertanyakan kesucian Shinta, meski Shinta berulang kali menjelaskan bahwa Rahwana tak pernah sekalipun menyentuhnya, Rama tak percaya. Lalu Shinta yang tak tahu harus bagaimana membuktikan pada Rama hanya bisa berdoa agar dewa memberikan petunjuk padanya. Di hari yang telah ditentukan, Shinta meminta Rama untuk menyiapkan api unggun di pelataran istana, ia berkata bahwa meski seluruh dunia tak percaya padanya seharusnya Rama sebagai suaminya yang paling mengenal dirinya adalah orang yang akan tetap percaya padanya, karena itu yang akan Shinta lakukan jika seluruh dunia berpaling dari Rama maka dirinya adalah orang terakhir yang akan selalu berada disampingnya. Namun Rama yang telah goyah kepercayaannya malah memalingkan muka saat istrinya masuk ke dalam api yang berkorbar, setengah hatinya percaya bahwa istrinya tak bersalah tapi setengah lagi berharap agar istrinya membuktikannya pada dunia agar tak ada lagi suara-suara sumbang yang menggoyah pemerintahannya. Disaatat Rama bersiap untuk berduka, karena sebagai manusia biasa tak mungkin istrinya selamat dari api, ternyata dewa Agni mendengar doa Shinta dan melindunginya dari panasnya api, bahkan sehelai rambut dan ujung gaunnya pun tak tersentuh api. Shinta melangkah keluar dari kobaran api dengan anggun, rakyat terpana dan percaya bahwa dewa memang melindungi Shinta, yang berarti bahwa Shinta tak bersalah. Rama bahagia. Pertama, karena ia mendapatkan istrinya kembali dan yang kedua kini tak ada lagi yang akan mempertanyakan keadilannya sebagai seorang raja, karena bahkan ia rela meminta istrinya masuk ke dalam api untuk membuktikan kesuciannya. Keegoisan Rama dibalas cinta sempurna Shinta. Beberapa bulan kemudian Shinta menunjukkan tanda-tanda bahwa ia hamil. Seluruh rakyat Kosala bersuka cita menanti pewaris tahta dari raja yang mereka cintai. Namun bagi Kaikeyi, ibu tiri Rama, berita ini adalah bencana. Jika Rama memiliki pewaris maka hilang sudah kesempatan bagi Bharata, putranya, untuk menjadi raja menggantikan Rama. Hal ini tak boleh dibiarkan. Maka dibuatlah rencana untuk membuang Shinta, ibu tiri Rama meminta Rama dan Bharata untuk berburu burung yang sangat indah bulunya karena ia mendengar bahwa tak ada seorang pun yang memiliki burung itu, ia ingin sekali memilikinya. Dengan khidmat, kedua putra nya tersebut tanpa curiga memenuhi keinginan ibu mereka, Laksmana yang tak bisa terpisahkan dari Rama curiga bahwa ini jebakan ibu tiri mereka untuk membunuh Rama, ia membuntuti kedua ksatria tersebut. Laksmana salah. Karena yang diincar Kaikeyi bukanlah Rama melainkan Shinta. Shinta dibuang ke suatu tempat yang sangat jauh, ditutup matanya agar tak bisa kembali ke Kosala. Pada Rama yang baru saja kembali dari perburuan, dikatakan bahwa Shinta yang tengah mencari buah di hutan dekat istana hilang tanpa kabar. Para pengawal dan Rama langsung menyusuri hutan dan mencari tanda-tanda keberadaan Shinta. Tentu saja mereka tak menemukan sedikit pun tanda yang bisa menjadi petunjuk dimana Shinta berada. Pencarian dilakukan berminggu-minggu, hingga akhirnya Rama putus asa dan menyerah. Ia akhirnya mengumumkan bahwa istrinya hilang dan mungkin saja telah mati dimakan hewan buas atau raksasa. Rama berduka, rakyat Kosala berduka, Kaikeyi tersenyum menang. Akhirnya, impiannya untuk menempatkan Bharata sebagai raja menunjukkan titik terang. Shinta, yang dibuang ke hutan sendiri dan kelaparan tak kuasa menahan tangisnya, ia meratapi nasibnya dan bertanya pada dewa mengapa terus-menerus ia menderita. Ratapan Shinta terdengar oleh resi yang sedang bertapa di dalam gua yang terletak tak jauh dari tempat Shinta berada. Biasanya suara apapun tak pernah mengganggu tapa sang resi, meski petir dan badai sekalipun tak pernah menggoyahkan keteguhan semedinya. Namun ratapan tangis perempuan ini sanggup menyayat hatinya, membuatnya tak mampu berkonsentrasi memanjatkan puja pada sang dewata. Ia memutuskan keluar dari guanya dan mendapati Shinta yang terduduk dengan baju terkoyak tak berdaya, saat itu dia terkejut, jelas baginya mengapa tapanya terganggu, wanita yang paling dicintainya sedang menangis tersedu. Ia adalah Rahwana yang telah bereinkarnasi menjadi resi. Shinta yang tak lagi mengenali Rahwana yang telah menjadi Resi merasa sangat tertolong. Sang resi memberinya tempat berteduh di dalam gua dan mencarikan makanan untuk dirinya. Shinta mulai menerima kenyataan bahwa takdir mungkin harus memisahkannya dari Rama, ia tak lagi meratap dan bersedih, rasa cintanya kepada Rama terlalu besar. Hingga saat ia melahirkan kedua anak kembarnya, Kusa dan Lawa, selalu diajarkan kepada anak-anaknya tentang kehebatan ayah mereka. Rahwana yang telah menjadi resi merasa dewa mengabulkan doanya. Meski tak menikahi dan memiliki Shinta, ia mampu melindungi Shinta dan bahkan membesarkan anak-anak Shinta layaknya anaknya sendiri. Kini hidupnya telah lengkap, berada disisi wanita yang sangat dicintainya tanpa dibenci oleh Shinta bahkan sekarang Shinta menatapnya dengan pandangan hormat, ia tak pernah meminta lebih dari ini. Bahagia itu sederhana, melihat Shinta-nya tersenyum setiap hari, sehat dan tak membencinya, sudah cukup baginya. Sepuluh tahun berlalu, Rama yang sedang melakukan kunjungan ke kerajaan sekutu, melewati hutan tempat tinggal Shinta. Ia mendengar lagu yang dinyanyikan oleh Kusa dan lawa yang sedang bermain. Lagu yang menceritakan kehebatan dirinya. Didatanginya kedua anak leleki tersebut, dan ia meminta mereka bercerita siapa diri mereka. Dari cerita Kusa dan Lawa, ia sadar bahwa Shinta belum mati dan kedua anak tersebut adalah anaknya. Maka diboyonglah Shinta dan kedua anaknya ke Ayodhia, meninggalkan Resi yang kali ini telah rela ditinggalkan oleh Shinta dan melanjutkan tapanya tanpa tertinggal keinginan duniawi lagi dan akhirnya diterima dewa dan diangkat ke nirwana. Ditengah kebahagiaan Rama yang berkumpul kembali dengan istri dan anaknya, Kaikeyi menyebarkan sangsi tentang anak-anak Shinta dan dengan cepat rakyat Kosala lagi-lagi terpedaya. Shinta yang kali ini mendengar kabar tersebut, sebelum sempat terucap kalimat ketidakpercayaan Rama karena ia melihat mata Rama yang mulai menatapnya tak percaya ia berdoa kepada dewa Bumi agar menerimanya jika memang kedua anak tersebut merupakan anak kandung Rama dan dirinya tetap suci. Rama yang tidak sempat mencegah doa Shinta hanya mampu menatap bumi yang terbelah dan menelan Shinta yang meneteskan air mata. Rama terguncang, ia tak bisa menerima kenyataan bahwa istri yang sangat ia cintai telah meninggalkannya karena dirinya tak mampu meyakinkan rakyatnya bahwa istrinya tak bersalah, bahwa Shinta adalah wanita yang menjaga kesuciannya, dimanapun ia berada. Maka Rama meninggalkan tahtanya dan menjadi petapa, untuk menebus seluruh dosa-dosanya terhadap Shinta. Sekian...!!
Rama dan Shinta, Ternyata Bukan Kisah Cinta Romeo and JulietAlkisah, hiduplah seorang raja bernama Dasarata yang memimpin kerajaan Kosala dengan adil dan bijaksana. Rakyatnya hidup happy, gemah ripah loh jinawi. Raja Dasarata memiliki 4 anak laki-laki dari 3 istri yang berbeda, yaitu Rama, Laksmana, Bharata dan putra mahkota, Rama mempunyai istri cantik bernama Shinta, putri kerajaan Wideha. Tidak mudah mempersunting Shinta, Rama harus mengikuti sayembara, membentangkan busur panah Dewa Siwa. Tapi… berhubung Rama merupakan titisan Dewa Wisnu, mudahlah untuknya memenangkan Rama berikutnya adalah mengasingkan diri, masuk ke dalam hutan selama 14 tahun. Trouble makernya Kekeyi, selir Dasarata, ibu dari pangeran Bharata. Dahulu ketika sakit, Dasarata pernah berujar “Siapapun yang bisa menyembuhkanku, apapun permintaannya akan kukabulkan”.Dengan penuh keberanian aka nekad 😀😀 Kekeyi menguncup nanah di kaki raja dengan mulutnya. Berhasil, Dasarata sembuh. Sesuai janji, Kekeyi boleh minta apapun, dan pasti yang digunakan Kekyi dengan licik, dia menjegal pengangkatan Rama sebagai penerus Dasarata, dan menggantinya dengan Bharata, anak Kekeyi. Untuk mengamankan kursi Bharata, Kekeyi juga meminta agar Rama dibuang ke hutan selama 14 IsiRamayana, Kisah Pangeran yang MalangRamayana, Komikku yang PertamaRA Kosasih, Bapak Komik IndonesiaShinta, Perempuan BernasibJanji seorang raja selevel janji dewa. Tak bisa ditarik. Rama tak ingin ayahandanya menyalahi janji, maka pergilah dia ke hutan Dandaka bersama istrinya,serta Laksmana, saudara laki-laki yang selalu mengikuti kemanapun Rama tak dapat ditolak, di hutan Dandaka, peristiwa pilu menimpa Rama dan rombongannya. Walau kesaktian Rama mampu mengusir kejahatan yang berasal dari mahluk gaib hutan kelicikan Rahwana, Raja Alengka si mahluk paling tengil dalam kisah pewayangan, mampu membuat Rama lengah. Ketika sedang melayang di atas hutan Dandaka, raksasa cabul, rakus dan gemar menculik istri orang ini terpincut kecantikan segala tipu muslihat, Rahwana berhasil menculik Shinta. Jatayu, sahabat Prabu Dasarata yang melihat kejadian tersebut, tak kuasa menahan kesaktian Rahwana. Di saat terakhir menjelang nafas terakhir, dia sempat berkisah pada Rama tentang kelakuan jugaMoon Lovers Scarlet Heart Ryeo, Anak Perawan di Sarang PangeranLove in The Moonlight, Indahnya Cinta Terlarang Ramayana, Komikku yang PertamaFamilier dengan kisah di atas?Merupakan rangkuman buku komik pertama saya, Ramayana. Almarhum ayahanda yang beli, dan lamaaaa …..banget nggak beli lanjutannya. Jadi deh tuh buku lecek, covernya hilang, dan saya hafal luar kepala!Dibanding komik-komik HC Andersen, yang banyak dimiliki teman-teman, dan mudah ditemukan di taman bacaan, saya lebih menyukai komik karangan RA Kosasih ini. Kemudian membangun imaji tentang ketampanan dan kecantikan sepasang tak ada adegan romantis yang digambar oleh RA Kosasih. Juga tak ada percakapan panjang ala pagelaran wayang, seperti yang kerap divisualisasikan para dalang. RA Kosasih hanya bertutur tentang silsilah, peristiwa, sebab akibat, tanpa penggambaran berbunga-bunga. Pembaca bebas menafsirkan, apakah Rama seganteng Song Joong Ki? Serta Shinta secantik Song Hye Kyo?Huhuhu…..masih bisa belum move on dari kenyataan mereka telah bercerai. 😀😀Apapun itu, RA Kosasih dengan komik Ramayana dan Mahabharata berhasil menyampaikan epos secara utuh. Dan membuat saya belajar tentang cerita kepahlawanan yang muncul berulang kali dalam pagelaran wayang, sendratari, dan reliefnya di Candi itu tujuan awal alm ayahanda membelikan buku Ramayana? Kemungkinan besar iya, mengingat alm ayahanda seorang guru, sehingga sangat berhati-hati saat memilih bacaan bagi Kosasih, Bapak Komik IndonesiaSaya penyuka komik. Sangat menikmati komik. Nggak hanya alur ceritanya, juga gambarnya. Karena merupakan perwujudan kultur, budaya dan imajinasi pengarangnya. Seperti yang dibuat Herge dalam komik “Petualangan Tintin”.Saya terkagum-kagum akan imaji Herge yang memberi jambul pada sang wartawan, Tintin. Rambut awik-awikan Captain Haddock yang gemar sumpah serapah. Duh bisa ketawa terbahak-bahak sendirian. Belum lagi tingkah konyol detektif kembar Dupont et Dupond, dan Profesor Calculus yang linglung bukan dengan “Petualangan Tintin” yang melegenda sejak 1929, mirip kisah RA Kosasih yang menelurkan komik superhero pertama kali di Indonesia, Sri Asih 1950. Sayang Sri Asih dianggap kebarat-baratan, RA Kosasih pun didorong membuat komik yang dianggap sebagai kisah asli Indonesia, Ramayana dan seperti yang kita ketahui, Ramayana dan komik pewayangan lainnya merupakan akulturasi kesusastraan Hindu dan sastra tradisional Indonesia, terutama dari sastra Jawa dan Sunda. Perdebatan tersebut merembet pada penobatan RA Kosasih sebagai Bapak Komik Indonesia. Salah satunya dilakukan Djair Warni, pengarang Jaka Sembung. Djair beranggapan Kosasih tidak mempunyai karakter komik yang itu, kelompok seniman lain menilai nggak ada sosok selain RA Kosasih yang layak mendapat gelar Bapak Komik Indonesia. RA Kosasih tidak hanya mengabdikan hidupnya untuk membuat komik, juga memproduksi banyak Sri Asih dan Siti Gahara, karya RA Kosasih disamping rangkaian komik dari dunia pewayangan. Terobosan RA Kosasih lain yang tidak diketahui banyak orang adalah karyanya yang berjudul “Empat Sekawan, komik dengan karakter anak-anak yang belum lazim pada zamannya sumber sumber Perempuan Bernasib Malang Imajinasi saya tentang Rama, si suami yang ganteng, Shinta si istri yang jelita serta Rahwana, pebinor yang gemar merusak rumah tangga orang lain, ternyata harus ditata pengguna Facebook, Ruri Indraswari berbagi sudut pandang tentang Rahwana yang romantis, ehem ….. begini bermuka bengis, Rahwana hanya mencintai istrinya, Dewi Setyawati. Malang, sang istri berumur pendek, dia meninggal dan menitis pada Dewi itu, betapa kagetnya Rahwana saat melihat sosok istrinya di hutan Dandaka. Sewaktu tahu, Shinta adalah titisan Dewi Setyawati, Rahwana kecewa, Shinta sudah diperistri Rama. Pilihannya hanya 2, merelakan atau merebutnya memilih menculik Shinta. Rahwana membawa Shinta ke Alengka dan menyekapnya di istana yang megah. Shinta diperlakukan bak ratu, dihujani hadiah dan tak pernah disentuhnya. Padahal Rahwana bisa banget memperkosa tahu, cinta sejati tak butuh tak pernah menyentuhnya. Dia menunggu. Menunggu adalah hal terbaik agar sang dewi tak terluka hatinya. Agar sang dewi mencintainya sepenuh hati. Suatu saat nanti.....entah kapanTanpa jemu, setiap hari Rahwana mendatangi Shinta dengan beragam puisi. Dia selalu minta maaf karena telah menculiknya. Dia juga menyuarakan isi hatinya, meminang Shinta agar bersedia menjadi bergeming. Titisan Dewi Setyawati itu sangat setia pada suaminya. Dia menolak diperistri Rahwana. Hingga akhirnya dia merasakan ketulusan Rahwana. Namun Shinta tak mau mengkhianati suaminya. Walau dia gelisah. Tiga tahun lamanya dalam penyekapan Rahwana, kemana Rama? Mengapa tak juga menyelamatkannya? Apakah suaminya sudah tak mencintainya lagi?Akhirnya Rama datang dengan balatentara kera, dengan gagah berani Rahwana menyambutnya. “Aku mencintai Shinta, Rama! Aku akan melakukan apa pun untuknya. Aku benar-benar mencintainya, bukan sepertimu yang menikahinya hanya karena berhasil memenangkan sayembara. Semua perbuatanku yang kau sebut mengacau’ sebenarnya adalah usahaku dalam rangka mendapatkan cintaku kembali"Pertarungan pun terjadi. Rama berhasil melumpuhkan Alengka dan membunuh Rahwana melalui tangan suka cita, Shinta berlari menghambur ke pelukan Rama. Sambutan Rama tak terduga. Rama begitu dingin dan mencurigai Shinta telah dinodai Rahwana. Sia-sia Shinta menjelaskan bahwa dirinya masih suci. Rama tak percaya. Dia malah menyuruh menyiapkan api untuk menguji kesucian Shinta. Tentu saja, karena masih suci, nyala api tak bisa membunuh ini sudut pandang saya berubah terhadap ikatan cinta Rama – Shinta. Kejam banget ya Rama? Gimana jika Shinta diperkosa Rahwana? Sebagai tawanan kemungkinan sangat besar terjadi. Jika dia mencintai istrinya, seharusnya dia menerima apa adanya bukan?Yah begitulah. Seperti kisah Ramayana, setiap peristiwa di dunia mempunyai multitafsir. Nggak hanya hitam dan putih, tapi juga merah, kuning, biru serta banyak warna menyikapinya, itulah yang juga The Wind Blows, Janji Suci PerkawinanThe World of The Married, Selingkuh dibayar Selingkuh
Rama dan Sinta terkenal sebagai pasangan sejati. Cinta mereka tulus suci hingga dibawa mati. Kendati ada perbedaan mencolok antara versi India dan versi Sri Lanka, tetapi itu tidak menghapus kesucian Dewi Sinta. Ini kisah mereka versi India. Raden Rama adalah putra Prabu Dasarata dari Kerajaan Ayodya. Sedangkan Dewi Sinta putri angkat Prabu Janaka dari Kerajaan Mantili. Meski pasangan ini berwujud manusia, namun sebenarnya mereka titisan pasangan dewa dan bidadari. Yaitu titisan Bathara Wisnu dan Dewi Widowati. Berdasar wayang purwa dikisahkan, bahwa di Kerajaan Ayodya diadakan pertemuan agung. Raja Prabu Dasarata mengundang secara khusus putra sulungnya, Raden Rama. Sang Prabu mengutus putranya segera menikah, dengan jalan, mengikuti sayembara memperebutkan putri di Kerajaan Mantili. Raden Rama dipandang sudah waktunya untuk menikah. Terlebih lagi, akan segera dinobatkan menjadi raja untuk menggantikan ayahandanya. “Wahai, putraku Rama. Ikutilah sayembara memperebutkan Dewi Sinta, putri Prabu Janaka di Mantili. Barang siapa yang bisa membentangkan gandewa busur pusaka Kerajaan Mantili berhak mendapatkan putri itu.” “Sebab, menurut wangsit pesan gaib yang saya terima dari para dewa, barang siapa bisa mempersunting Dewi Sinta, hidupnya akan mulia,”kata Prabu Dasarata. Berangkatlah Raden Rama ke Mantili. Ia diikuti oleh salah seorang adiknya, Raden Laksmana. Sebenarnya mereka empat bersaudara. Yakni; Raden Rama, Raden Laksamana, Raden Satrugna dan Raden Baratha. Meski Raden Rama datang kali terakhir di Mantili, namun tetap diberi kesempatan. Apalagi, telah puluhan ksatria dan raja yang mengikuti sayembara namun gagal membentangkan busur pusaka itu. Raden Rama memasuki gelanggang sayembara. Dia mulai memanjatkan doa kepada Yang Mahakuasa. Dengan mengerahkan seluruh kesaktian, diangkatnya busur berukuran raksasa itu. Perlahan-lahan dibentangkannya, dan berhasil. Bukan hanya itu. Busur itu malah patah menjadi dua bagian. Maka, Raden Rama berhak mendapatkan Dewi Sinta. Singkat cerita, dilangsungkan perkawinan Raden Rama dan Dewi Sinta. Keduanya pun mengikatkan diri pada tali perkawinan yang sakral dan suci. Raden Rama berjanji akan selalu melindungi dan mencintai istrinya. Demikian pula dengan Dewi Sinta, ia berjanji akan selalu mematuhi perintah suaminya sekaligus mencintainya. Raden Rama memboyong Dewi Sinta ke Ayodya. Sampai di Ayodya disambut suka cita oleh Prabu Dasarata. Bahkan, saking senangnya Prabu Dasarata mengadakan upacara ngunduh mantu. Tidak tanggung-tanggung, diadakan pesta besar-besaran sekaligus menobatkan pasangan Rama-Sinta sebagai raja-permaisuri Kerajaan Ayodya yang baru. Menjelang penobatan Raden Rama sebagai raja, tiba-tiba terjadi insiden. Dewi Kekayi, salah seorang istri Prabu Dasarata memprotes penobatan itu. “Wahai, Sang Prabu Dasarata, mengapa Rama yang akan dinobatkan menjadi raja. Paduka lupa akan janji paduka kepadaku. Dulu ketika akan menikahi hamba, paduka berjanji anak yang hamba lahirkan akan dijadikan raja. Itu dulu yang menjadi syaratnya. Mestinya yang menggantikan paduka sebagai raja adalah Baratha,”ujar Dewi Kekayi. Mendengar penuturan Dewi Kekayi, Prabu Dasarata bak disambar petir di siang bolong. Terkejut bukan kepalang. “Oh, Dinda Dewi Kekayi maafkan Kakanda yang khilaf akan janji sendiri. Rama, ayahanda juga mohon maaf padamu. Sekarang, biarkan Baratha, saudaramu yang menjadi raja. Oh, dewa…. betapa besar dosaku…..”. Tiba-tiba Prabu Dasarata terhuyung-huyung dan jatuh tak berdaya. Penyakit jantungnya kambuh. Dan, akhirnya tak tertolong lagi. Sang Prabu meninggal karena tak kuat menanggung rasa dosa dan malu yang berlebihan. Setelah jasad Prabu Dasarata dikebumikan, segeralah Raden Baratha dinobatkan menjadi raja. Meski sebenarnya yang bersangkutan tidak menghendakinya. Bahkan, Baratha menginginkan Rama yang tetap menjadi raja. Namun, karena desakan Dewi Kekayi, Baratha-pun terpaksa menuruti keinginan ibunya itu. Di luar dugaan, Dewi Kekayi masih terus bertingkah. Ia merasa, keberadaan Rama dan Sinta di Ayodya akan mengganggu pemerintahan Baratha. Dewi Kekayi-pun mengusir Rama dan Sinta selama 14 tahun tak boleh kembali ke Ayodya. Pasangan pengantin baru itu harus menjalani hidup sebagai orang buangan di Hutan Dandaka. Sebagai ksatria yang luhur, Rama pun mengajak Sinta meninggalkan istana Ayodya. Mereka diikuti oleh Laksmana, adiknya yang paling setia. Akhirnya, mereka menanggalkan pakaian ksatria. Menggantikannya dengan pakaian biasa. Mereka menyamar sebagai rakyat jelata. Meski harus menjalani hidup penuh derita, Sinta tetap mendampingi suaminya dengan setia. Ia memahami, kebahagiaannya adalah bagaimana suaminya bahagia. Begitu pula dengan Rama, ia selalu berupaya membuat istrinya bahagia meski menjadi orang buangan di tengah hutan. Tampaknya, rasa cinta kasih mereka tak bisa diukur dengan harta materi dan kedudukan jabatan. Suatu ketika, datang cobaan yang menguji cinta mereka. Tiba-tiba, datang Prabu Dasamuka Rahwana, Raja Alenka yang menculik Dewi Sinta. Selama sepuluh tahun Sinta ditahan oleh Dasamuka. Setiap hari dirayu dan digoda akan diperistri. Namun, Sinta tetap menolak. Meski diiming-imingi harta dan kemewahan, ia tak bergeming. Rama-pun menunjukkan kesetiannya dengan mengirimkan cincinnya melalui Anoman untuk menemui Sinta di Alenka. Ternyata, Sinta tetap setia pada sang suami, termasuk menjaga kesuciannya. Ketika diboyong kembali oleh Rama melalui pertempuran besar-besaran, kesuciannya dipertanyakan oleh sang suami. Untuk membuktikannya, Sinta harus dibakar hidup-hidup. Ternyata, ia tetap selamat. Tetap suci sebagaimana Rama yang menjaga kesuciannya meski telah lama berpisah dengan sang istri. jss
kisah cinta rama dan shinta